SEKOLAH adalah tempat di mana segala sesuatu dimulai, termasuk teknologi komunikasi informasi. Celakanya, di Indonesia pengenalan terhadap teknologi informasi di sekolah menjadi tertinggal sangat jauh dibandingkan dengan negara seperti India dan Cina, di mana pemerintahnya memberikan perhatian yang serius dalam masalah ini.
Teknologi informasi sendiri merupakan sebuah proses belajar dan cara yang paling cepat untuk bisa secara saksama mempelajari berbagai ilmu dalam penggunaan komputer maupun perangkat lunak di dalamnya. Setiap kali kita membeli sebuah perangkat teknologi, bukan hanya komputer, seperti ponsel dan perangkat lunak, pasti ada buku petunjuk untuk memaksimalkan penggunaannya.
Artinya, membaca. Artinya, belajar. Kemajuan dalam teknologi informasi mengisyaratkan kita untuk terus membaca dan belajar, tidak hanya pada teknologi yang baru ditemukan, tetapi juga pengembangan teknologi yang sudah ada, seperti pada ponsel, mengisyaratkan kita untuk terus belajar.
Celakanya lagi, karena daya beli masyarakat yang begitu harus memilih antara perut dan komputer, pilihan sekolah antara perpustakaan dan komputer, dan pilihan-pilihan prioritas lainnya, menjadikan teknologi ini tertinggal jauh bagi orang kebanyakan. Padahal, mereka yang sejak dini menggunakan komputer (seperti laptop untuk anak-anak balita buatan V-Tech), berdasar pengamatan Kompas selama ini memiliki keterampilan yang berbeda dengan mereka yang tidak menyentuh komputer sama sekali.
Harga komputer yang tidak terjangkau menjadi hambatan yang serius. Belum lagi harga perangkat lunak yang sekarang dilindungi undang-undang. Ditambah dengan biaya listrik dan telepon untuk mengakses jaringan Internet. Keseluruhan teknologi informasi sekarang ini menjadi barang mewah.
MENGGUNAKAN teknologi informasi adalah masalah kebiasaan, seperti halnya naik sepeda, menyopir, dan penggunaan teknologi lainnya. Karena terbiasa, kita pun menjadi bisa. Membiasakan anak-anak sekolah untuk menggunakan komputer di sekolah mungkin menjadi langkah awal dan penting untuk mengejar apa yang sekarang diperdebatkan dunia sebagai digital divide.
Bagi Indonesia, masalahnya menjadi rumit selain persoalan daya beli masyarakat pada umumnya. Berbagai upaya pernah dilakukan, mulai dari Nusantara-21, Sekolah-2000, dan lain sebagainya. Sampai sekarang tidak ada hasil konkret yang bisa dibanggakan. Masih banyak persoalan di para pengelolanya, selain kepedulian kita sendiri pada masalah teknologi di sekolah-sekolah memang rendah.
Terlintas, mungkin kalau komputer-komputer di berbagai perusahaan yang melakukan peremajaan perangkat teknologinya diberikan ke sekolah-sekolah, sebagian kecil upaya untuk mengejar ketertinggalan digital ini bisa dikejar.
Ketika perusahaan mengganti komputernya dengan sistem baru, tidak ada salahnya komputer lama diserahkan bagi anak-anak sekolah bersentuhan dengan teknologi informasi. Mengharapkan pemerintah hampir mustahil sehingga kalau bukan kita sendiri, kasihan anak-anak sekolah tidak mengerti komputer di zaman kemajuan sekarang ini.
Rabu, 05 November 2008
Capek sebenernya nomongin yang kayak gini...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Meski pahit, harus kita telan juga. Toh, malu di negeri sendiri ini. Ingat kata2 yg sering dikatakan orang2 apalagi kalo lagi 17-an dan debat kandidat?. "Indonesia adalah negara yang besar dan kaya akan sumber daya alam"
Ingat! SDA terbaik tanpa SDM terbaik, hanya akan seperti batu kerikil. Tapi SDM terbaik, bahkan tanpa SDA sekalipun bisa menjadi emas dan berlian.
Ketinggian ngomongnya....
Idealis ya?
Hmm, lumayan udah bisa nata dengan baik. Artikelnya udah bagus-bagus, tp kayaknya cm hasil pemikiran sendiri ya?
Ksh artikel yang lagi "hot" doong
Posting Komentar