Senin, 24 November 2008

Speedy Student Exhibition Fair 2008


Courtesy: Hallo-online, Telkom Divre II Jakarta.
Foto: Harian Investor Daily.

Selama 2 hari, dari tanggal 22–23 November 2008 Divre II menggelar kegiatan “Speedy Student Exhibition Fair 2008“ di Pintu Selatan atau dikenal Pintu I Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, yang merupakan kegiatan pendukung dari momen besar Tour Speedy d’Indonesia 2008 dan program Corporate Social Responsibility (CSR) Telkom Divre II Jakarta dengan menampilkan hasil karya dari berbagai kegiatan remaja khususnya di tingkat SMP dan SMA yang disertai edukasi dan sosialisasi penggunaan teknologi internet pada kalangan pelajar.

Dalam kegiatan tersebut diadakan kompetisi Band, Cheerleader, Tari Saman, kompetisi Online PC Game & LAN Game, On Spot Blog uploading, serta Writing Competition dengan tema ”Mengapa Free Internet Access Sangat Penting Bagi Siswa-Siswi SMP/SMA di Indonesia” dimana peserta mengirimkan email ke writing.online@telkom_net atau http://www.telkomspeedy.com/, atau ke Marketing & Sales Divre II dengan telpon 2550333.

Dari hasil tari Saman kompetisi, juaranya adalah Pertama, SMA 70, Kedua SMA Cendrawasih. Ketiga, SMA Al Azhar Kelapa Gading. Sedangkan kompetisi Band , juara Pertama, SMA 6 (Shine on Mind), Kedua, SMA Ksatria (Omega), Ketiga, SMA Muhammadyah II (The Craft), dan Favorit, SMK Telkom (X’Chainz).

Sementara Speedy blogging competition dimenangkan juara I adalah Nanda Firdaus, Sekolah SMA 39 jakarta dengan Blog http://kptiadvance wordpress. com. Juara II , Andhika Edo, SMA Bani Saleh Bekasi, dengan Blog http://dhiika.co.cc.

Hasil penilaian Writing Competition dengan Dewan Juri yang terdiri dari Retno Dyah Arumsari (Manager DivComm Divre II), Willy Maharso (Internal Communications) dan Trimurti (wartawati Harian Investor Daily), adalah Juara I (nilai 1867) Adhika Ilham Dhata Pratomo, SMA Negeri 54 Jakarta, dengan judul “Internet is My Second School”. Juara II (nilai 1847) Wiranata, SMK Negeri 8 Jakarta, dengan judul “Mengapa Free Internet Access Sangat Penting bagi Siswa-Siswi SMP/SMA di Indonesia?”, dan Juara III (nilai 1830) adalah Rusydah Syarlina, SMP Negeri 103 Jakarta, dengan judul “Terima Kasih Free Internet Access”.

Menurut Mas’ud Khamid, saat meninjau pelaksanaan Speedy Student Exhibition Fair 2008, Sabtu (22/11), dalam wawancaranya dengan media TV Elshinta dan Jak TV, mengharapkan masyarakat luas, khususnya para pelajar dapat mengambil manfaat lebih banyak dengan keberadaan internet yang digunakan sebagai sarana belajar dan bermain. "Telkom dengan produk Speedynya dapat menjadikan bangsa lebih cerdas dan kreatif," ujarnya.

Minggu, 23 November 2008

SMALE coba tingkatkan citra dengan IT


Satu kesatuan bersama berlangsungnya Speedy Tour d'Indonesia 2008, Speedy Student Exhibition Fair 2008 diadakan pada 22-23 November 2008 di Pintu Selatan, Gelora Bung Karno, Senayan.

Salah satu kegiatan perlombaan yang diadakan adalah Writing Online Competition bertema: "Mengapa Free Internet Access cukup penting bagi siswa/i SMP/SMA di Indonesia". Selain itu juga ada kompetisi Band, Cheerleader, dan Tari Saman bagi pelajar SMP/SMA.

Malam Minggu (22/11) kira-kira pukul 19.00 (saat adzan Isya), handphone saya berdering, dan tentu saja saya jawab. Ternyata itu adalah panggilan dari EO Speedy Tour d'Indonesia 2008 sekaligus Speedy Student Exhibition Fair 2008 . Dia mengatakan saya harus datang besok ke lokasi acara untuk penyerahan hadiah. Rasa senang dan bangga saat itu memang benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Hal yang paling membanggakan disini bukan saat nama saya dipanggil ke podium, tetapi saat sekolah saya, SMA Negeri 54, disebutkan setelah itu. Sungguh ini bukan hanya karena usaha saya seorang, tetapi tersimpan kekuasaan Tuhan yang Maha Meninggikan berperan penuh dalam setiap derap langkah kita.
Daftar Pemenang:

Juara I, Adhika Ilham Dhata Pratomo
SMA Negeri 54 Jakarta
Judul Tulisan: "Internet is My Second School"

Juara II, Wiranata
SMK Negeri 8 Jakarta
Judul Tulisan: "Internet adalah Lorong Waktu ku"

Juara III, Rusydah Syarlina
SMP Negeri 103 Jakarta
Judul Tulisan: "Terima Kasih Free Internet Access"

Rabu, 05 November 2008

Capek sebenernya nomongin yang kayak gini...

SEKOLAH adalah tempat di mana segala sesuatu dimulai, termasuk teknologi komunikasi informasi. Celakanya, di Indonesia pengenalan terhadap teknologi informasi di sekolah menjadi tertinggal sangat jauh dibandingkan dengan negara seperti India dan Cina, di mana pemerintahnya memberikan perhatian yang serius dalam masalah ini.
Teknologi informasi sendiri merupakan sebuah proses belajar dan cara yang paling cepat untuk bisa secara saksama mempelajari berbagai ilmu dalam penggunaan komputer maupun perangkat lunak di dalamnya. Setiap kali kita membeli sebuah perangkat teknologi, bukan hanya komputer, seperti ponsel dan perangkat lunak, pasti ada buku petunjuk untuk memaksimalkan penggunaannya.
Artinya, membaca. Artinya, belajar. Kemajuan dalam teknologi informasi mengisyaratkan kita untuk terus membaca dan belajar, tidak hanya pada teknologi yang baru ditemukan, tetapi juga pengembangan teknologi yang sudah ada, seperti pada ponsel, mengisyaratkan kita untuk terus belajar.
Celakanya lagi, karena daya beli masyarakat yang begitu harus memilih antara perut dan komputer, pilihan sekolah antara perpustakaan dan komputer, dan pilihan-pilihan prioritas lainnya, menjadikan teknologi ini tertinggal jauh bagi orang kebanyakan. Padahal, mereka yang sejak dini menggunakan komputer (seperti laptop untuk anak-anak balita buatan V-Tech), berdasar pengamatan Kompas selama ini memiliki keterampilan yang berbeda dengan mereka yang tidak menyentuh komputer sama sekali.
Harga komputer yang tidak terjangkau menjadi hambatan yang serius. Belum lagi harga perangkat lunak yang sekarang dilindungi undang-undang. Ditambah dengan biaya listrik dan telepon untuk mengakses jaringan Internet. Keseluruhan teknologi informasi sekarang ini menjadi barang mewah.
MENGGUNAKAN teknologi informasi adalah masalah kebiasaan, seperti halnya naik sepeda, menyopir, dan penggunaan teknologi lainnya. Karena terbiasa, kita pun menjadi bisa. Membiasakan anak-anak sekolah untuk menggunakan komputer di sekolah mungkin menjadi langkah awal dan penting untuk mengejar apa yang sekarang diperdebatkan dunia sebagai digital divide.
Bagi Indonesia, masalahnya menjadi rumit selain persoalan daya beli masyarakat pada umumnya. Berbagai upaya pernah dilakukan, mulai dari Nusantara-21, Sekolah-2000, dan lain sebagainya. Sampai sekarang tidak ada hasil konkret yang bisa dibanggakan. Masih banyak persoalan di para pengelolanya, selain kepedulian kita sendiri pada masalah teknologi di sekolah-sekolah memang rendah.
Terlintas, mungkin kalau komputer-komputer di berbagai perusahaan yang melakukan peremajaan perangkat teknologinya diberikan ke sekolah-sekolah, sebagian kecil upaya untuk mengejar ketertinggalan digital ini bisa dikejar.
Ketika perusahaan mengganti komputernya dengan sistem baru, tidak ada salahnya komputer lama diserahkan bagi anak-anak sekolah bersentuhan dengan teknologi informasi. Mengharapkan pemerintah hampir mustahil sehingga kalau bukan kita sendiri, kasihan anak-anak sekolah tidak mengerti komputer di zaman kemajuan sekarang ini.